Sabtu, 19 November 2016

Job enrichment

Pendahuluan

Dalam tugas kali ini akan membahas tentang seputar dunia pekerjaan. Apa-apa yang berkaitan dengan pekerjaan dan hal aa yang aka mempengaruhi kualitas kerja kalian. Dengan anda membaca teori dibawah, anda dapat mengetahui sebagia kecil dari seputar dunia pekerjaan.

Teori Job Enrichment

Job enrichment adalah memberikan tugas dan tanggung jawab lebih besar pada karyawan dan menambah pekerjaan dalam hal kualitas, atau kompleksitasnya. Selain itu, pengertian lainnya adalah meningkatkan otonomi seseorang dalam mengatur pekerjaannya. Misalnya seorang petugas di dalam melakukan pekerjaannya sebelumnya diatur oleh suatu prosedur yang ketat, dimana dia tidak diberikan wewenang / hak untuk memilih metode yang dia anggap paling efektif untuk memilih bahan-bahan yang dibutuhkan / untuk mengatur pekerjaannya. Perubahan ini akan diberikan tantangan yang lebih besar bagi dia dan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas.

Pengayaan pekerjaan (Job enrichment / vertical job) melibatkan pembentukan motivator dalam suatu pekerjaan dengan cara meningkatkan fungsi perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian dan pengendalian tugas manajerial tradisional yang dilakukan pekerja. Idenya adalah untuk mendorong setiap karyawan menjadi manajer, minimal manajer bagi pekerjaannya sendiri.

Job enrichment adalah meningkatnya rentangn dan jenis pekerjaan tak cukup untuk meningkatkan motivasi karyawan. Oleh karena itu, pengayaan pekerjaan berusaha untuk meningkatkan baik jumlah tugas yang dilakukan maupun pengawasan yang dilakukan pekerja terhadap pekerjaan tersebut.

Kasus

Albert adalah seorang engineering di salah satu hotel ternama di indonesia. Dia sudah bekerja selama hampir 10 tahun. Albert termasuk pegawai yang rajin, kinerja yang ia lakukan sangat bagus. Teman-teman kerjanya pun selalu memuji skill dan keahlian. Meneger pun tahu, hasil kerja yang di lakukan albert, semuanya pun terlihat hampir sempurna. Dan meneger pun bangga telah memiliki pegawai seperti Albert. Selain sebagai engginering, Albert juga, memiliki skill dan keahlian dibagian pekerjaan lain. Dan Albert pun, juga sangat dekat dengan rekan kerjanya dan sangat berpengaruh terhadap rekan kerjanya. Akhirnya, meneger mempromosikan ia agar dinaikkan. Setelah itu, Albet pun dinaikkan pekerjaan menjadi asisten meneger engineering. Karna, kualitas skill yang bagus dan keahlian yang hampir sempunra, Albert dipromosikan untuk bekerja menjadi asisten meneger engginering dan gajinya pun naik berkali lipat.

Analisis

Dalam kasus kali ini, Albert adalah pegawai yang meiliki kualitas yang baik. Dengan skill dan keahlian yang ia miliki, ia dapat menaikan kualitas kinerjanya hingga dapat dipromosikan dan naik jabatan kerjanya menjadi meneger enginering. Selain naik jabatan, Albert juga mendapatkan gaji yang berlipat-lipat. Disini adalan point yang kita ambil. Dari kualitas kerja kita yang baik dan bagus, maka kita akan mendapatkan promosi dan jabatan yang layak untuk kualitas kerja kita yang kita miliki.
Kesimpulan
Dari materi kali ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas kerja yang baik yang kita miliki, akan menaikkan kerja kita. Karna, dari naiknya jabatan yang telah kita dapat, akan menaikan kualitas kinerja kita lagi di waktu lainnya.

Daftar Pustaka

Griffin, R, W. (2004). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Hariandja, M,T,H. (2002). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta:PT  gramedia widiasarana indonesia.
Zimmerer, T, W., Scarborough, N, M., Wilson, D. (2008). Kewirausahaan dan manajemen usaha kecil. Jakarta: Salemba empat

Minggu, 06 November 2016

Teori - teori psikologis dalam organisasi

1.Teori penguatan (reinforcement), tokohnya B.F Skinner
Adalah adanya hubungan antara suatu stimulus dan respons yang terjadi melalui sebuah interaksi dalam suatu lingkungan. Setelah adanya interaksi, lalu memuncullah suatu perubahan perilaku pada seseorang.
Skinner membedakan penguatan menjadi 2 jenis :
Penguatan positif, adalah suatu perubahan perilaku yang alamiah memperkuat seseorang
Penuatan negatif, adalah suatu perubahan perilaku yang dapat merubah individu menjadi buruk / negative
Kasusnya :
a. Pengutan positif :
Misalnya, hari ini Fuddy di masehati oleh kedua orangtuanya “jika tidak mendapatkan nilai C pada semester ini, maka Fuddy akan menadapatkan uang bulanan tambahan”. Akhirnya, Fuddy belajar dengan giat hingga pas ipk semester ini keluar. Hasilnya tidak ada yang C. Dan Fuddy, mendapatkan nilai yang bagus.
b. Penguatan negatif :
Misalnya, Susi sering pulang tengah malam karna ia sering pergi ke club malam bersama teman-teman kuliahnya. Orangtua Susi menasehati “jika kamu (Susi) masih pulang malam, kamu tidak boleh tidur di kamar”. Namun, ia masih tetap pulang malam, dan akhirnya ia tidak diperbolehkan tidur di kamarnya.
Analisisnya :
Dari kedua penguatan diatas, adanya penguatan positive dan penguatan negative yang mana dari kedua reinforcement tersebut memiliki dampak/hasil yang yang berbeda. Walaupun sama sama penguatan, kedua penguatan tersebut memliki cara yang berbeda dalam penerapannya. Jadi, jika menggunakan penguatan positive, lebih cenderung memiliki dampak perubahan yang lebih cepat dibandingkan denga penguatan negative.
Implikasi praktis dari teori penguatan dalam perilaku organisasi adalah, jika seseorang diberikan suatu penguatan (reinforcement) maka akan timbul beberapa gejala terhadap seseorang tersebut. Bukan gangguan. Hanya ada hal-hal yang nantinya berubah dari yang tadinya kurang baik menjadi baik. Dan berdampak tersebut baik bagi dirinya dalam berorgaisasi maupun dalam kebidupan sehari-hari.

2. Teori harapan
teori harapan, kekuatan dari suatu kecenerungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Kasusnya :
a. Misalkan, ada seorang perempuan yang didiagnosis oleh dokter bahwa dirinya tidak akan lama bertahan hidup dikarnakan kanker yang dideritanya. Perepuan tersebut sempat hilang harapan dan putus asa. Namun, teman-teman, keluarga, kerabat, dan orang lain pun selalu menyemangati perempuan tersebut supaya tetap semangat untuk bertahaan hidup dan sembuh dari kanker yang ia derita. Akhinya, dengan semangat yang ia dapat dari lingkungan hidupnya, ia bangkit dan berharapn pada tujunnya agar dapat sembuh dari penyakit kanker yang dideritanya.
Analisisnya :
Dari kasus diatas, kita bisa pahami bahwa setiap orang memiliki harapan. Harapan yang ada di dalam dirinya, harapan yang membangun sebuah tujuan untuk menggapai apa yang diinginkannya. Harapan yang menbangkitkan seseorang dari masa terpuruknya. Berusaha sebugh dari sakit kanker yang dideritanya. Kanker bukan suatu penyakit yang mudah disembuhkan. Maka, dengan adanya teori harapan ini, seorang pengidap kanker pun memiliki semangat untuk bisa sembuh dan sehat kembali.
Implikasi praktis teori harapan terhadap perilaku organisasi adalah, dalam ruang lingkup organisasi pasti ada suatu keinginan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Mereka memiliki harapan agar hal tersebut dapat terwujud. Perilaku mereka akan berdampak pada tercapainnya apa yang mereka inginkan. Dengan adanya harapan ingin mengapai tujuan yang sama dalam organisasi, maka mereka akan melakukan hal yang terbaik dan berusa keras agar apa yang mereka tuju tercapai hingga berhasil. Implikasi praktis bagi organisasi : teori harapan mambantu menjelaskan mengapa banyak pekerja tidak termotivasi dalam pekerjaan –pekerjaan mereka dan hanya melakukan usaha minimum untuk mencapai sesuatu.

3. Teori penetapan tujuan
Teori penetapan tujuan (Edwin Locke’s Theory)
Dalam teori ini, edwin locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang efktif dalam mengerjakannya (dalam mangkunegara, 2015). Kejelasa tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang sulit sekalipun apabila ditetapkan sendiri olehorang yang bersangkuta atau organisasi yang mebawahinya akan membuat prestsi yang meningkatkan, asalkan dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai (dalam siagian,2004). 

Kasusnya :
a. Misalkan, alverdo ingin membuat usaha toko baju ala jepang dan anime, dikarnakan ia sangat menyukai hal-hal yang dibawa dari negri sakura tersebut. Kemudian dengan niat dan kebernian yang ia miliki, ia mulai membuka toko baju tersebut dan setelah setahun kemudain, toko nyatoko baju tersebutpembeli, hingga orang dari luar daerah pun mampir ke toko baju jepang milik alverdo,yang ia rintis dari nol, mulai ramai oleh pembeli, hingga orang dari luar daerah pun mampir ke toko baju jepang milik alverdo, karna begitu terkenalnya toko baju tersebut. Dengan adanya tujuan yang jelan dan niat yang kuat, alverdo berhasil menjuallkan baju jepang dan anime yang ia sukai.
Analisisnya :
Dari kasus diatas, bahwa adanya tujuan yang pasti dan niat yang kuat maka akan tercapai keinginan yang ingin dicapai. Alverdo menginginkan hobinya menjadai suatu hal yang menghasilkan bagi dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka toko baju. Alhasil, denga adanya tujuan dan niat, dapat membangun motivasi dan semangat untuk mencapai apa yang dituju. Dan nyatanya, tujuan tersebut membuahkan hasil. Jadi dengan teori penempatan yujuan, kita dapat lebih megetahui, tujuan apa yang ingin kita capai dalam hidup kita.
Implikasi perilaku teoritis terhadap teori penetapan tujuan adalah, setiap orang yang ada dalam organisasi pasti memiliki tujuan dalam keanggotaannya dalam organisasi. Baik di dalam pekerjaan atau ruang lingkup lain, seseorang menginginkan suatu dari apa yang mereka kerjakan. Misalkan, pegawai bekerja agar mendapatkan gaji. Jadi dengan bekerja mereka akan mendapatkan gaji. Jika ingin mendapatkan gaji yang lebih, makan jam kerjanya bisa di tambah. Dengan seseorang mendapatkan gaji tambahan dalam pekerjaannya, maka akan menimbulkan motivasi untuk bekerja lebih keras agar mencapai tujuan yang mereka inginkan, yaitu mendapatkan gaji tambahan.

4. . Toeri hirarki kebutuhan maslow
Menurut Gouzall (2001). Menyatakan bahwa teori hirarki kebutuhan maslow pada dasarnya terdiri dari beberapa anggapan yaitu :
1. manusia adalah mahkluk yg berkeinginan. Mereka di motivasi oleh suatu keinginan untuk memuaskan berbagai kebutuhan. Jika kebutuhan yang telah terpuaskan, maka tidak lagi berfungsi sebagai motivasi.
2. Kebutuhan seseorang tersusun secara berurutan dalam 1 hirarki (jenjang), mulai dari yang palingadasar hingga yang paling tinggi
3. Kebutuhan seseorang bergerak dari tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya, setelah kebutuhan yang lebih rendah itu secara minimal terpuaskan.
Menurut teori hirarki kebutuhan maslow bahwa seseorang akan cenderung memuaskan kebutuhan2nya secara sistematis mulai dari yang paling dasar, selanjutnya bergerak ke atas mengikuti hirarki kebutuhan yang paling rendah akan mendapat prioritas dibandingakan dengan jenis kebutuhan yang berada di atasnya.
Kasusnya :
Indah merasa lapar karna belum sarapan dari pagi hari. Ia diberikan uang jajan oleh mamanya agar ia bisa makan nanti saat di kampus. Sebelum jam masuk, indah lewat didepan kantin kampus, karna perutnya sudah mulai keroncongan, akhirrnya indah membeli beberapa makanan dan minuman sambil menunggu jam kuliah mulai.
Analisisnya :
Dalam hirarki kebutuhan maslow ada tingkatan, yaitu : kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri. Posisi indah berada di hirarki paling bawah yaitu kebutuhan fisiologis. Indah merasa lapar, agar laparnya hilang, indah membeli makanan. Ini adalah salah satu contoh bahwa seseorang memiliki kebutuhan untuk dirinya.
Implikasi praktis terhadap teori kebutuhan maslow dalam perilaku organisasi adalah bahwa setiap pelaku dalam organisasi pasti membutuhkan kebutuhan dari lima hirarki kebutuhan maslow, atau mungkin salah satu dari hirarki tersebut. Yang mana, jika semua hirarki tersebut terpenuhi dalam pelaku organisasi, makan orang tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya menjadi lebih baik. Dan dapat membawakan dampak positif bagi tercapainnya tujuan atau keinginan yang pelaku dan organisasi tersebut harapkan.

Daftar pustaka :
Hamid, Sanusi. (2014). Manajemen sumberdaya mansia lanjutan.Yogyakarta: Deepublish
Judge, T,A. Robbins, S,P. (2008). Perilaku organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba empat
https://books.google.co.id/books?id=3jJiDAAAQBAJ&pg=PA77&dq=teori+penguatan+skinner&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=teori%20penguatan%20skinner&f=false

Minggu, 16 Oktober 2016

kekuasaan, Leadership, dan motivasi

PENDAHULUAN
Kekuasaan, leadership, dan motivasi, ini adalah tiga unsur yang saling memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Kekuasaan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pangkat, jabatan, kuasa yang tinggi terhadap suatu tingkatan hidup yang orang tersebut miliki. Contoh misalnya, seperti : Peresiden, Mahkamah, Agung, Dll. Bahkan, orang tua kita sendiri pun memiliki kuasa atas diri kita sendiri.
Kekuasaaan juga suatu tindakan bagaimana cara kita dapat mengatur suatu kelompok, grup, organisani, atau kumpulan lainnya. Yang mana dengan adanya kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, seseorang tersebut dapat mengatur kelompok organisasi dengan kekuasaannya yang ia miliki. Dalam hal kekuasaan, ada satu hal yang mempengaruhi kekuasaan tersebut dapat berjalan dengan baik atau tidaknya. Hal tersebut, ialah “Motivasi”. Motivasi itu sendiri bisa dikatakan sebagia niatan awal bagi seseorang sebelum lelakukan sesuatu. Atau dalam kata lain, motivasi bisa lebih dikenal sebagai hal yang bisa membuat orang lain bersemangat sebelum melakukan suatu tindakan. Dan yang terakhir, hampir dilupakan, adalah Leadership atau Kepemimpinan, hampir sama dengan kekuasaan, Cuma yg membedakan sedikit darinya adalah, kepemimpinan itu bersifat individual. Dan pada intinya, hal yang menyokong atau menopang suatu kekuasaan yang baik atau kepemimpinan (Leadership) yang baik adalah motivasi. Jika seseorang memiliki motivasi yang baik bagi kekuasaan atau kepemimpinanya, maka seorang tersebut dapa menjadi pemimpin yang baik bagi apa yang ia pimpin dan kuasai.
TEORI
Pengertian kekuasaan secara umum adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Pengertian kekuasaan dirumuskan secara umum sebagai kemampuan seorang pelaku untuk memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang sehingga sesuai atau persis dengan keinginan pelaku yang memiliki kekuasaan. Adapun, beberapa pengertian kekuasaan menurut tokoh, yaitu :
Pengertian kekuasaan Menurut Max Weber
Menurut Max Weber dalam Buku Wirtschaft und Gessellshaft (1992) bahwa pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini. Pengertian kekuasaan oleh Max Weber ini dapat kita katakan bahwa kekuasaan adalah keegoisan dalam suatu kelompok akan tetapi walaupun keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak mampu melawan dikarenakan adanya kekuasaan tersebut.
Pengertian Kekuasaan Menurut Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan
Pengertian kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan (Power is a relationship in which one person or group is able) tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama (to determine the action of another in the direction of the former’s own ends).
Pengertian kekuasaan Oleh Barbara Goodwin (2003)
Pengertian kekuasaan oleh ahli politik kontemporer ini sedikit lebih kasar, menurutnya, pengertian kekuasaan adalah: Kemampuan (Force is the ability) untuk mengakibatkan  seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan (to cause someone to act in a way which she would not choose), dan tidak akan dipilih seandainya ia tidak dilibatkan (left to herself). Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya (In other words to force someone to do something against her will).
Berdasarkan pengertian kekuasaan diatas, dapat diambil beberapa poin yaitu:
1.         Bahwa kekuasaan umumnya diselenggarakan melalui isyarat jelas.  Hal ini disebut dengan kekuasaan Manifes atau manifest power.
2.         Kekuasaan yang lain, namun hanya kadang terjadi yaitu kekuasaan implisit yang terjadi tanpa adanya isyarat yang jelas.
3.         Hal yang perlu ditekankan karena adanya kekuasaan  adalah adanya hak untuk mengadakan sanksi. Dalam menyelenggarakan kekuasaan, banyak upaya yang dilakukan dalam bentuk sanksi untuk menegakkan kekuasaan seperti koersi, persuasi dan cara lainnya.
Jadi, pada dasarnya kekuasaan adalah suatu perilaku untuk mempengaruhi orang lain. Bagaimana cara kita dapat mempengaruhi orang lain dan bagaimana cra kita dapat mengatur orang lain seuai dengan kemampuan (abilitie) mereka.
Kemudian akan saya jelaskan tentang Leadership dari sumber lain :
Pengertian kepemimpinan ( leadership ) telah banyak dikemukakan para pakar atau akhli di bidang manajemen sumber daya manusia. Definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) banyak yang dikutip oleh Thoha (2006 : 5) dari berbagai pakar atau ahli, antara lain sebagai berikut:
1.                  Menurut Robert Dubin definisi atau pengertian kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan,
2.                  Menurut J.L. Hemphill:definisi atau pengertian kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencapai jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama,
3.                  George R. Terry memberikan definisi atau pengertian kepemimpinan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yukl G. (2001 : 3) mengatakanbahwa istilah kepemimpinan adalah kata yang diambil dari kata-kata yang umum dipakai dan merupakan gabungan dari kata ilmiah yang tidak didefinisikan kembali secara tepat. Penelitian biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan prespektif individualnya dan aspek gejala yang paling menarik perhatiannya. Setelah melakukan peninjauan mendalam terhadap literatur kepemimpinan. Selain definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) yang dikutip Thoha.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat di perhatikan sebenarnya banyak kesamaan antara kekuasaan dan leadership. Namun, yang membedakan dari dua hal di atas hanyalah tetntang gaya pembawaanya. Kekuasaan mempunyai arti, yaitu adalah cara bagaimana untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan leadership adalah cara bagaimana mempengaruhi orng lain untuk mencapai satu tujuan.
Kemudian yang terakhir adalah motivasi. Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak dari individu yang memiliki tujuan dan keingin terhadap suatu han tertentu. Misalkan, motivasi untuk belajar, makan, mendapatkan prestasi yang bagus, itu bisa disebut juga dengan motivasi.
CONTOH KASUS
Banyak contoh yang dapat kita kaji tentang kekuasaan, leadership, dan motivasi di lingkungan sekitar kita. Namun, kali ini saya akan membahas tentang diri saya sendiri. Saya adalah salah satu mahasiswa di salah satu univeritas terkenal di indonesia. Saya saat ini masih semester 5 saat saya mengetik artikel ini sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh dosen terbaik dan tercantik menurut teman sebangku saya.
Selain jadi mahasiswa, saya jugaa aktif dalam kelas dan sekaligus saya ditunjuk dan diamanahkan sebagai ketua kelas dari kelas yang saya tempati. kemudian, pada suatu hari, saya diberikan amanah dari dosen lainnya, agar kelas kami membuat kelompok untuk persiapan semester kali ini. bukan hanya kelompok, dosen saya juga menyuruh untuk sampaikan kepada teman – teman sekelas agar setiap kelompok sudah menyiapkan beberapa judul untuk bahan praktikum kelas kami. Akhirnya, dengan inisiatif saya, saya langsung segera memberikan amanah tersebut dan memerintahkan bagi setiap teman – teman untuk membuatkan kelompok bersertakan judul untuk bahan praktikum. Hasilnya, mereka melakukan hal tersebut seseuai dengan amanah yang dosen saya sampaikan.
ANALISIS KASUS
Dari contoh kasus diatas, dapat kita samakan dengan teori kali ini adalah : “kekuasaan adalah cara untuk mempengaruhi seseorang dan untuk mencapai suatu tujuan. Lalu, dengan adanya motivasi, maka tujuan tersebut bisa terwujudkan”. Dangan adanya, kekuasaan yang saya miliki sebagai ketua kelas, saya dapat lebih muda untuk mengatur dan memberikan intruksi atau amanah yang telah disampaikan dosen kepada saya. Dengan kekuasaan ini bukan berarti kita bisa semena – mena, atau seenaknya, menjadikan kekuasaan itu sendiri sebagai pembalasan ego terhadap suatu hal pribadi tertentu. Dengan adanya motivasi juga mendukung agar suatu perintah mencapai pada tujuan yang ditentukan. Tanpa adanya motivasi, mungkin suatu perintah atau suatu kekuasaan akan bernilai tidak sesua dengan apa yang dibayangkan di mata teman – teman mahasiswa. Pada intinya, dengan adanya kekuasaan, leadership, dan motivasi dapat memudahkan seseorang dalam mengatur dan mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sumber :

Berikut tugas yang kedua adalah menganalisis bagaimana cara atau gaya kepemimpinan beberapa tokoh – tokoh yang pernah menjabat menjadi president di negara indonesia. Berikut adalah beberapa tokoh yang akan saya sebutkan, yaitu :
1.                  Presiden Soekarno,
Adalah bapak proklamator, seseorang yang bisa membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis, bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan menyukai keindahan.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol di dalam Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya terjadi tindakan politik yang sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.
Jadi, Bapak Presiden Republik Indonesia ini sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan indonesia. Di jajah hampir 360 tahun oleh penjajah, kemudian dengan kekuatan, kegigihan, serta semnagat juag terhadap tanah air, Bapak Presiden Pertama kita telah melahirkan negara yang merdeka.
2.                  Presiden Soeharto
Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.
Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.
Bapak Presiden kita yang kedua, memiliki nilai kepemimpinan yang bagus pada masanya. Dengan mengemban keserderhanaan, keberanian, serta mampu mengambil langkah nisiatif  beliau menjadi ikon figure yang di banggakan oleh masyarakat pada saat itu. Namun, pada saat masa jabatannya sudah mulai berjalan, pemerintahan demokratis berubah menjadi pemerintahan otoriter. Yang mana, tentara mendapatkan hak dalam bidang politik selain menjaga kemanan negara. Ada beberapa alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Maka dari itu, jelas sekali terlihat bahwa mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis.
3.                  Susilo Bambang Yudhono
Beliau ini presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. Orangnya mampu dan bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang tidak mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa mengambil keputusan karena harus mempertimbangkan dukungannya di parlemen. Apalagi untuk mengangkat kasus korupsi dari orang dengan back ground parpol besar, beliau keliahatan kesulitan. Sayang sekali saat Indonesia punya orang yang tepat untuk memimpin, parlemennya dipenuhi oleh begundal-begundal oportunis yang haus uang sogokan.
Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia juga berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia santun dalam setiap penampilan dan indah pula saat  berbusana. Penampilan semacam ini meningkatkan citra SBY di mata masyarakat.
SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak “decisive” (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.
Dari keterangan diatas, bahwa sosok SBY adalah ikon figure yang baik dan dibanggakan oleh banyak masyarakat. Memamng betul, pada masa jabatannya belia sangatlah ulet dalam megambil sebuat keputusan. Selain itu beliau juga aktif dalam berbagai hal, contoh saat bencana tsunami di Aceh yang menelan banyak sekali korban jiwa, bapak SBY langsung terjun ke tempat bencana tersebut dan bercengkrama dengan para korban, serta mamberikan bala bantuan bagi korban bencana.
4.                  Jokowi Dodo
Siapa yang tidak kenal dengan Presiden Republic Indonesia yang satu ini. dengan sebagai sosok yang merakyat denga sebutan suka “blusukan” atau lebih dikenalnya langsung terjun ke lingkungan masyarakat dan mendengarkan aspirasi masyarakat. Tidak banyak hal yang saya ketahui tentang belia. Namun yang saya tahu, adalah sebelum beliau menjabat sebagai Presiden Republic Indonesia beliau dulunya adalah gubernur DKI Jakarta, semasa jabatannya, beliau sangat baik dan memamng merakyat. Sampai saat ini pun, beliau masih sering menggunakan metode caranya berinteraksi langsung dengan rakyat. Menurut saya, Bapak Jokowi Dodo memeiliki satu hal yang unik yang tidak dimiliki oleh mantan Presiden Indonesia Lainnya. Sikap konsistenan bapak jokowi dalam mengambil keputusan sangatlah bagus, beliau sangat matang dalam mengambil suatu keputusan. Lalu, beliau juga tidak sama sekali memamerkan hal-hal yang ia punyai. Bersikap, sederhana, baik, dan merakyat, mau mendengarkan keluh kesah masyarakat, maka dari itulah ciri khas bapak jokowi dalam masa jabatannya hingga saat ini.

Selasa, 04 Oktober 2016

psikologi menejemen kelompok



MAKALAH PSIKOLOGI MANAJEMEN

Description: D:\HANI\hani.jpg


Disusun oleh:
Ahmad Zulhendi Tri AdiSaputra (10514624)
Fuddy Prathama Agrianto (14514402)
Hani Hashifah (14514748)
Indah Anugrah Sari (15514253)
Muhammad Alverdo (17514074)





KELAS 3PA19
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016


BAB I
PENDAHULUAN
Definisi manajemen itu sendiri adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pegawasan usaha-usaha para anggota  organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang diharapkan, sedangkan definisi psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur sumber daya yang ada dalam memenuhi kebutuhan. Dengan adanya psikologi menejemn ini, diharapkan agar sumber daya yang ada dapat berjalan dengan baik dan terorganisasi dalam pelaksanaannya. Dalam psikologi menejmen, terdapat berbagai macam subtansi-subtansi lainnya, yaitu :  organisasi, komunikasi, dimensi komunikasi, pengaruh, kunci perilaku, bagaimana cara mempengaruhi orang lain, dan wewenang. Jadi, dengan adanya makalah ini diharapkan agar dapat membantu terciptanya proses psikologi menejemen yang baik dalam kehidupan sehari-hari.






















BAB II
PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI MANAJEMEN
Menurut Stoner manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan pengertian psikologi manajemen itu sendiri adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun.
Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

B. ORGANISASI
Definisi organisasi menurut Michael Argile adalah kelompok sosial besar yang sederhana dimana jenjang kepemimpinan dan pemisahan peran diformalkan ke dalam urutan dan biroksasi yang ditentukan atau diatur norma menjadi aturan, dimana cara berkomunikasi dan kerja dideskripsikan.
Kutz dan Khan mendefinisikan organisasi dalah suatu sistem sosial dimana respon sebagai keseluruhan tuntutan pihak luar dan tekanan.
Menurut F. H. Allport mengungkapkan bahwa organisasi berisi sejumlah, bahkan dalam jumlah besar individu-individu yang saling berinteraksi dalam suatu cara yang teratur.

C. KOMUNIKASI
Lalu ada definisi komunikasi menurut Hovland, Janis, dan Kelly (1953) adalah proses yang dilakukan individu (orang yang berkomunikasi) yang mengantarkan stimulus (biasanya menggunakan bahasa verbal) untuk memodifikasi perilaku individu lainnya (penonton). Sedangkan menurut Dance (1967) mengartikan komunikasi adalah sebagai usaha “menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal”, ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.
Raymond S. Ross (1974) mendifinisikan komunikasi sebagai sebuah proses pemisiahan, pemilihan lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri atau respon yang sama dengan dimaksud oleh sumber.

D. DIMENSI KOMUNIKASI
Dimensi komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Pertama, komunikasi internal sebagai kerangka yang menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang didalam organisasi tersebut dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pemimpin dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, ketua dan pengurus mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh anggota. Anggota membuat kelompok – kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seseorang sebagai penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian, pimpinan cukup berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Jumlah kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya organisasi.
Didalam komunikasi internal dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal adalah dari atas ke bawah dan komunikasi dari bawah ke atas yang merupakan komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi dan penjelasan kepada bawahannya. Dalam komunikasi dari bawahan ke pimpinan, bawahan memberikan laporan, saran serta pengaduan kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran anggota sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat di ambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Sedangkan komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf, karyawan dengan karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horisontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat waktu – waktu luang. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas – desus cepat sekali menyebar dan menjalar, dan yang menjadi pokok pembicaraan sering kali mengenai hal – hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. Menjalarnya desas – desus di kalangan anggota mengenai suatu hal sering kali di sebabkan oleh interpretasi yang salah. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal tersebut kadang – kadang terjadi apa yang disebut dengan komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal atau yang disebut juga dengan komunikasi silang adalah komunikasi pimpinan divisi dengan anggota lain.
Kedua, komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak diluar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua bagian secara timbal balik yaitu, komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Yang pertama, Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang di lakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa di duga. Lalu yang kedua, Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang di lakukan oleh organisasi. Jika informasi yang di sebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontroversial (menyebabkan adanya pro dan kontra di kalangan khalayak), maka itu disebut opini publik. Opini publik ini seringkali merugikan organisasi. Karenanya harus di usahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.

E. PENGARUH
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang (Depdikbud,2001). Menurut WJS. Poerwardaminta pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain.

F. KUNCI-KUNCI PERILAKU
Lalu ada kunci-kunci perubahan perilaku, Perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari individu berkepribadian baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang, melainkan dari adanya daya intelektual dan perbuatan. Selanjutnya, tidak hanya membentuk saja, tapi juga disertai upaya menjadikan personality tersebut berkualitas.Oleh karena itu kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.
Dalam hal ini P2KP memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat dengan mengupayakan pemulihan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki (perilaku), yaitu keadilan, kejujuran, keikhlasan, kepercayaan dan kepedulian sebagai manusia sejati. Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadi. Perubahan masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu, karena di dalamnya ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia. Paradigma P2KP bahwa masyarakat memiliki banyak tambang potensi sumber daya dan orang-orang berkualitas, jujur, dan dapat dipercaya, adalah idealisme yang harus diimplementasikan. Karena dengan menggali dan membuka peluang munculnya orang-orang jujur dan dapat dipercaya akan lebih menjamin kemajuan masyarakat. (Arul Syach, KMW IX P2KP-2 Sulawesi Tenggara;Nina/Reza).

G. BAGAIMANA MEMPENGARUHI ORANG LAIN
Lalu ada beberapa cara mempengaruhi orang lain, yaitu.
1. Minta orang tersebut melakukan sesuatu untuk anda.
Jika seseorang membantu anda, mereka cenderung untuk berpikir bahwa anda patut untuk diberikan bantuan, dan ditentukan bahwa karena hal itu mereka pasti menyukai anda. Benjamin frankli menyatakan bahwa “Mereka yang pernah melakukan kebaikan untukmu akan lebih siap untuk menolongmu lagi di masa depan. Daripada mereka yang belum pernah membantumu”.
2. Mintalah sesuatu yang lebih tinggi daripada yang anda inginkan/butuhkan.
Contoh: Meminjam uang Rp.1500 dan dia tidak bisa memenuhi karena permintaan dengan jumlah tinggi. Maka dari itu turunkan jumlah menjadi RP.500 untuk jumlah yang ingin anda pinjam. Penurunan drastis dari jumlah yang anda minta. Sehingga nilai yang anda minta seolah-olah terlihat lebih kecil. Dan yang kedua adalah rasa tidak enak yang mungkin timbul dari dalam diri orang tersebut ketika menolak permintaan anda yang pertama kali, dan tidak enak untuk menolaknya lagi di permintaan kedua.
3. Sebut namanya dalam percakapan.
Jika seseorang mendengar namanya disebut, ia akan lebih memperhatikan lawan bicaranya. Efek lainnya, ia juga akan merasa di hargai dan hal ini membuatnya sedikit lebih mudah untuk menuruti permintaan anda.
4. Berikan pujian.
Pujian bisa menjadi senjata yang ampuh untuk mempengaruhi orang lain sepanjang digunakan dengan tepat. Berikanlah pujian yang tulus dan rasional sesuai dengan kenyataan.
5. Manfaatkan kelelahan seseorang
Ajukan permintaan atau pernyataan ketika seseorang sedang dalam kondisi lelah fisik maupun mental. Dalam keadaan ini, ketika anda mengajukan sesuatu untuk di minta, lawan bicara anda biasanya tidak akan langsung menjawab karena ia tidak bisa berpikir dalam keadaan lelah, ia kemungkinan besar akan memberi keputusan di esok harinya.
6. Mintalah sesuatu yang tidak bisa ia tolak atau segan untuk menolaknya.
Kemungkinan besar teknik ini akan berhasil, dan dengan jeda yang tepat serta gaya bicara yang pas, anda bisa meningkatkan kadar permintaan anda pada orang tersebut.
7. Diam. Jangan koreksi saat dia melakukan kesalahan.
Mengoreksi kesalahan orang lain bisa memperkuat timbulnya rasa tidak setuju dan tidak percaya satu sama lain.
8. Anggukkan kepala.
Anggukkan kepala ketika mendengarkan ia berbicara. Lama-lama hal ini akan menimbulkan sinkronisasi dan mirroring. Hasilnya secara tidak sadar lawan bicara anda akan lebih percaya terhad apa yang anda katakan.

H. WEWENANG
Kadang-kadang kebebasan dimengerti sebagai kesewenang-wenangan (arbitrariness). Kalau begitu orang disebut bebas bila ia dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya. Dalam artian sesungguhnya menurut Adi (2012) wewenang adalah hak, dan bukan pada kekuasaan.  Jadi menurut Soekanto (dalam Adi, 1990) dikaitkan dengan dengan kekuasaan, maka kekuasaan tanpa wewenang adalah tidak sah.
Jadi bisa dicontohkan jika seorang HRD dari perusahaan melakukan training, memecat atau mempromosikan karywannya itu karena dia memiliki wewenang akan hal tersebut. Tindakan tersebut sesuai dengan apa yang diberikan oleh hukum/peraturan. Artinya kekuasaan itu telah mendapat pengakuan dan pengesahan dari pihak perusahaan.
Menurut Chinoy (Soekanto, 1990) wewenang merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegan kekuasaan. Sedangkan Soekanto (Adi, 1994) mengungkapkan bahwa wewenang adalah kekuasaan yang  ada pada seseorang atau kelompok orang yang mempnyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat.
Ada dua pandangan yang menjelaskan wewenang formal (resmi):
1. Pandangan klasik (classical view)
Wewenang datang dari tingkat paling atas, kemudian secara bertahap diturunkan
ke tingkat yang lebih bawah
2. Pandangan penerimaan (acceptance view)
Sudut pandang wewenang adalah penerima perintah, bukannya pemberi perintah.
Pandangan ini dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua perintah dipatuhi
oleh penerima perintah. Penerima perintah akan menentukan apakah akan
menerima perintah atau tidak.
Menurut Chester I. Bernard seseorang akan memenuhi perintah apabila dipenuhi empat
kondisi berikut:
• Dia dapat memahami komunikasi
• Dia percaya bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
• Perintah tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan secara keseluruhan, dan
• Secara fisik dan mental mampu menjalankan perintah tersebut.
Wewenang Lini, Staff dan Fungsional
• Wewenang Lini
Dimiliki oleh manajer lini yang mengambil keputusan untuk mencapai tujuan organisasi
secara langsung. Dalam bagan organisasi, wewenang lini digambarkan oleh garis yang
menghubungkan manajemen puncak sampai ke manajemen tingkat bawah.
• Wewenang Staff
Dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memberikan jasa atau nasehat kepada
manajer lini. Staff ahli biasannya merupakan istilah yang menggambarkan posisi   tersebut.
Staff ahli memberikan nasehat berdasarkan keahlian, pengalamana, atau riset dan analisis
yang diperlukan, termasuk bantuan pelaksanaan kebijakan, monitor, dan pengendalian.
• Wewenang Fungsional
Kadang organisasi mempunyai manajer atau departemen yang mempunyai wewenang
fungsional. fungsi keuangan dan akuntansi sering diberikan wewenang fungsional.
















BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari pembahasan diatas adalah pada dasarnya ilmu psikologi memang berpusat pada perilaku manusia, sedangkan manajemen sendiri berpusat pada mengatur sumber daya tersebut. Dalam dimensi komunikasi terdapat dua bagian, yaitu ada komunikasi internal, komunikasi internal dibagi menjadi dua bagian, yaitu ada komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Selain komunikasi internal ada pula komunikasi eksternal, dan didalam komunikasi eksternal dibagi menjadi dua bagian pula, yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Dalam wewenang terbagi menjadi dua pandangan, yaitu ada pandangan klasik dan pandangan penerimaan. Pandangan klasik merupakan wewenang datang dari tingkat paling atas kemudian secara bertahap diturunkan ke tingkat yang lebih bawah, sedangkan pandangan penerimaan wewenang yang penerima perintah bukan pemberi perintah.



















DAFTAR PUSAKA
Leavitt, Harold J. (1992). Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin. (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santoso, Slamet. (2010). Penerapan Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
http://digilib.unila.ac.id/311/11/BAB%20II.pdf
http://fatih-io.biz/definisi_dan_pengertian_pengaruh_menurut_para_ahli.html
Adi, Rianto. (2012). Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Bertens, K. (2011). Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://ratriptyas.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/28070/BAB_2_WEWENANG, KEKUASAAN_%26_PENGARUH.pdf.