Minggu, 06 November 2016

Teori - teori psikologis dalam organisasi

1.Teori penguatan (reinforcement), tokohnya B.F Skinner
Adalah adanya hubungan antara suatu stimulus dan respons yang terjadi melalui sebuah interaksi dalam suatu lingkungan. Setelah adanya interaksi, lalu memuncullah suatu perubahan perilaku pada seseorang.
Skinner membedakan penguatan menjadi 2 jenis :
Penguatan positif, adalah suatu perubahan perilaku yang alamiah memperkuat seseorang
Penuatan negatif, adalah suatu perubahan perilaku yang dapat merubah individu menjadi buruk / negative
Kasusnya :
a. Pengutan positif :
Misalnya, hari ini Fuddy di masehati oleh kedua orangtuanya “jika tidak mendapatkan nilai C pada semester ini, maka Fuddy akan menadapatkan uang bulanan tambahan”. Akhirnya, Fuddy belajar dengan giat hingga pas ipk semester ini keluar. Hasilnya tidak ada yang C. Dan Fuddy, mendapatkan nilai yang bagus.
b. Penguatan negatif :
Misalnya, Susi sering pulang tengah malam karna ia sering pergi ke club malam bersama teman-teman kuliahnya. Orangtua Susi menasehati “jika kamu (Susi) masih pulang malam, kamu tidak boleh tidur di kamar”. Namun, ia masih tetap pulang malam, dan akhirnya ia tidak diperbolehkan tidur di kamarnya.
Analisisnya :
Dari kedua penguatan diatas, adanya penguatan positive dan penguatan negative yang mana dari kedua reinforcement tersebut memiliki dampak/hasil yang yang berbeda. Walaupun sama sama penguatan, kedua penguatan tersebut memliki cara yang berbeda dalam penerapannya. Jadi, jika menggunakan penguatan positive, lebih cenderung memiliki dampak perubahan yang lebih cepat dibandingkan denga penguatan negative.
Implikasi praktis dari teori penguatan dalam perilaku organisasi adalah, jika seseorang diberikan suatu penguatan (reinforcement) maka akan timbul beberapa gejala terhadap seseorang tersebut. Bukan gangguan. Hanya ada hal-hal yang nantinya berubah dari yang tadinya kurang baik menjadi baik. Dan berdampak tersebut baik bagi dirinya dalam berorgaisasi maupun dalam kebidupan sehari-hari.

2. Teori harapan
teori harapan, kekuatan dari suatu kecenerungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Kasusnya :
a. Misalkan, ada seorang perempuan yang didiagnosis oleh dokter bahwa dirinya tidak akan lama bertahan hidup dikarnakan kanker yang dideritanya. Perepuan tersebut sempat hilang harapan dan putus asa. Namun, teman-teman, keluarga, kerabat, dan orang lain pun selalu menyemangati perempuan tersebut supaya tetap semangat untuk bertahaan hidup dan sembuh dari kanker yang ia derita. Akhinya, dengan semangat yang ia dapat dari lingkungan hidupnya, ia bangkit dan berharapn pada tujunnya agar dapat sembuh dari penyakit kanker yang dideritanya.
Analisisnya :
Dari kasus diatas, kita bisa pahami bahwa setiap orang memiliki harapan. Harapan yang ada di dalam dirinya, harapan yang membangun sebuah tujuan untuk menggapai apa yang diinginkannya. Harapan yang menbangkitkan seseorang dari masa terpuruknya. Berusaha sebugh dari sakit kanker yang dideritanya. Kanker bukan suatu penyakit yang mudah disembuhkan. Maka, dengan adanya teori harapan ini, seorang pengidap kanker pun memiliki semangat untuk bisa sembuh dan sehat kembali.
Implikasi praktis teori harapan terhadap perilaku organisasi adalah, dalam ruang lingkup organisasi pasti ada suatu keinginan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Mereka memiliki harapan agar hal tersebut dapat terwujud. Perilaku mereka akan berdampak pada tercapainnya apa yang mereka inginkan. Dengan adanya harapan ingin mengapai tujuan yang sama dalam organisasi, maka mereka akan melakukan hal yang terbaik dan berusa keras agar apa yang mereka tuju tercapai hingga berhasil. Implikasi praktis bagi organisasi : teori harapan mambantu menjelaskan mengapa banyak pekerja tidak termotivasi dalam pekerjaan –pekerjaan mereka dan hanya melakukan usaha minimum untuk mencapai sesuatu.

3. Teori penetapan tujuan
Teori penetapan tujuan (Edwin Locke’s Theory)
Dalam teori ini, edwin locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang efktif dalam mengerjakannya (dalam mangkunegara, 2015). Kejelasa tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang sulit sekalipun apabila ditetapkan sendiri olehorang yang bersangkuta atau organisasi yang mebawahinya akan membuat prestsi yang meningkatkan, asalkan dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai (dalam siagian,2004). 

Kasusnya :
a. Misalkan, alverdo ingin membuat usaha toko baju ala jepang dan anime, dikarnakan ia sangat menyukai hal-hal yang dibawa dari negri sakura tersebut. Kemudian dengan niat dan kebernian yang ia miliki, ia mulai membuka toko baju tersebut dan setelah setahun kemudain, toko nyatoko baju tersebutpembeli, hingga orang dari luar daerah pun mampir ke toko baju jepang milik alverdo,yang ia rintis dari nol, mulai ramai oleh pembeli, hingga orang dari luar daerah pun mampir ke toko baju jepang milik alverdo, karna begitu terkenalnya toko baju tersebut. Dengan adanya tujuan yang jelan dan niat yang kuat, alverdo berhasil menjuallkan baju jepang dan anime yang ia sukai.
Analisisnya :
Dari kasus diatas, bahwa adanya tujuan yang pasti dan niat yang kuat maka akan tercapai keinginan yang ingin dicapai. Alverdo menginginkan hobinya menjadai suatu hal yang menghasilkan bagi dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka toko baju. Alhasil, denga adanya tujuan dan niat, dapat membangun motivasi dan semangat untuk mencapai apa yang dituju. Dan nyatanya, tujuan tersebut membuahkan hasil. Jadi dengan teori penempatan yujuan, kita dapat lebih megetahui, tujuan apa yang ingin kita capai dalam hidup kita.
Implikasi perilaku teoritis terhadap teori penetapan tujuan adalah, setiap orang yang ada dalam organisasi pasti memiliki tujuan dalam keanggotaannya dalam organisasi. Baik di dalam pekerjaan atau ruang lingkup lain, seseorang menginginkan suatu dari apa yang mereka kerjakan. Misalkan, pegawai bekerja agar mendapatkan gaji. Jadi dengan bekerja mereka akan mendapatkan gaji. Jika ingin mendapatkan gaji yang lebih, makan jam kerjanya bisa di tambah. Dengan seseorang mendapatkan gaji tambahan dalam pekerjaannya, maka akan menimbulkan motivasi untuk bekerja lebih keras agar mencapai tujuan yang mereka inginkan, yaitu mendapatkan gaji tambahan.

4. . Toeri hirarki kebutuhan maslow
Menurut Gouzall (2001). Menyatakan bahwa teori hirarki kebutuhan maslow pada dasarnya terdiri dari beberapa anggapan yaitu :
1. manusia adalah mahkluk yg berkeinginan. Mereka di motivasi oleh suatu keinginan untuk memuaskan berbagai kebutuhan. Jika kebutuhan yang telah terpuaskan, maka tidak lagi berfungsi sebagai motivasi.
2. Kebutuhan seseorang tersusun secara berurutan dalam 1 hirarki (jenjang), mulai dari yang palingadasar hingga yang paling tinggi
3. Kebutuhan seseorang bergerak dari tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya, setelah kebutuhan yang lebih rendah itu secara minimal terpuaskan.
Menurut teori hirarki kebutuhan maslow bahwa seseorang akan cenderung memuaskan kebutuhan2nya secara sistematis mulai dari yang paling dasar, selanjutnya bergerak ke atas mengikuti hirarki kebutuhan yang paling rendah akan mendapat prioritas dibandingakan dengan jenis kebutuhan yang berada di atasnya.
Kasusnya :
Indah merasa lapar karna belum sarapan dari pagi hari. Ia diberikan uang jajan oleh mamanya agar ia bisa makan nanti saat di kampus. Sebelum jam masuk, indah lewat didepan kantin kampus, karna perutnya sudah mulai keroncongan, akhirrnya indah membeli beberapa makanan dan minuman sambil menunggu jam kuliah mulai.
Analisisnya :
Dalam hirarki kebutuhan maslow ada tingkatan, yaitu : kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri. Posisi indah berada di hirarki paling bawah yaitu kebutuhan fisiologis. Indah merasa lapar, agar laparnya hilang, indah membeli makanan. Ini adalah salah satu contoh bahwa seseorang memiliki kebutuhan untuk dirinya.
Implikasi praktis terhadap teori kebutuhan maslow dalam perilaku organisasi adalah bahwa setiap pelaku dalam organisasi pasti membutuhkan kebutuhan dari lima hirarki kebutuhan maslow, atau mungkin salah satu dari hirarki tersebut. Yang mana, jika semua hirarki tersebut terpenuhi dalam pelaku organisasi, makan orang tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya menjadi lebih baik. Dan dapat membawakan dampak positif bagi tercapainnya tujuan atau keinginan yang pelaku dan organisasi tersebut harapkan.

Daftar pustaka :
Hamid, Sanusi. (2014). Manajemen sumberdaya mansia lanjutan.Yogyakarta: Deepublish
Judge, T,A. Robbins, S,P. (2008). Perilaku organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba empat
https://books.google.co.id/books?id=3jJiDAAAQBAJ&pg=PA77&dq=teori+penguatan+skinner&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=teori%20penguatan%20skinner&f=false

Tidak ada komentar:

Posting Komentar