Jumat, 09 Juni 2017

Mengapa Psikoterapi dalam Psikoanalisis menganalisa Psikopatologis berdasarkan Perkembangan Psikoseksual? Ini Alasannya!

Sebelum kita masuk kedalam pembahasan ini, alangkah baiknya kita mengetahui dulu. Apa yang dimaksud dengan Psikoterapi. Menurut Riyanti dan Prabowo (1998) psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit jiwa dengan cara yang lebih psikologis daripada fisiologis maupun biologis. Sebenarnya isitilah ini beberapa macam teknik yang kesemuaya itu dimaksudkan untuk membantu individu yang emosinya terganggu sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang lebih bermanfaat untuk menghadapi orang lain. Teknik tersebut berupa psikoanalisis, humanistik, perilakuan, gestalt, analisis transaksional, rasional-emotif dan realitas. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai psikoterapi dalam teknik psikoanalisis.

Seperti yang kita tahu, psikonanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud sendiri memandang psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya kepribadian individu pada saat melewati tahap-tahap psikoseksual. Bagi Freud, perkembangan kepribadian sebagai sesuatu yang kumulatif. Sehingga, gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang berpengaruh sampai individu dewasa.

Paradigma psikoanalisis bisa dikatakan paling populer dalam bidang psikopatologi dan terapi. Sigmund Freud  yang dianggap sebagai bapak psikoanalisa membagi jiwa kedalam tiga bagian prinsipil, yaitu: id, ego,dan superegoId hadir sejak kelahiran manusia yang menjadi bagian dari kepribadian yang membangun semua energi yang menggerakkan jiwa. Idmemiliki dua insting, yaitu Eros danThanatosEros adalah kekuatan integratif hidup yang disebut libido atau energi seksual yang bergerak di atas prinsip kesenangan (pleasure principle). Ketika memasuki usia enam bulan, bagian kedua kepribadian tumbuh dalam diri manusia yang disebut ego. Tugas utamanya adalah berhubungan dengan realitas melalui fungsi-fungsi perencanaan dan membuat keputusan. Jadi, ego bergerak di atas prinsip kenyataan (reality principle). Bagian ketiga dari kepribadian adalah superegoyang membawa standar moral masyarakat. Superego berkembang melalui resolusi dari konflik oedipal yang secara umum hal ini ekuivalen dengan apa yang disebut sebagai nurani atau kata hati (conscience). Hal ini membuat Freud beranggapan bahwa Psikopatologis sendiri dapat dianalisis berdasarkan perkembangan psikoseksual seseorang. Karena manusia memiliki ketiga prinsipil yang saling berhubungan. Hanya saja ada manusia yang bisa melewati tahap perkembangan psikoseksual berdasarkan tiga prinsipil tersebut dan ada pula yang tidak.

Psikopatologi menurut psikoanalisis ada beberapa jenis, yaitu :

Histeria

Histeria adalah gangguan fisik, misalnya lumpuh, tuli, buta, dll. Yang menjadi penyebabnya bukanlah faktor jasmaniah, tetapi faktor kejiwaan. Menurut Freud, hysteria adalah transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.

Fobia

Fobia adalah ketakutan yang tidak realistis. Freud memandang gangguan ini sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa jadi berupa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual maupun kecemasan akibat peristiwa traumatis. Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2005), hal yang aneh dalam fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan peristiwa yang luar biasa. Orang yang mengalami fobia akan ketakutan dengan hal-hal yang biasa untuk oranglain sudah tidak dipikirkan lagi seperti naik elevator atau naik mobil di jalan raya.

Obsesi-kompulsif

Obsesi adalah ide tertentu yang selalu melekat pada diri seseorang sedangkan kompulsif adalah dorongan (bersifat paksaan dari dalam) untuk melakukan tindakan tertentu, yang sebenarnya tidak perlu, secara berulang-ulang. Menurut Tomb (2000), Penyebab gangguan obsesif-kompulsif tidak dikatehui, tetapi pada beberapa kasus tampak ada keterlibatan neuron serotonin sistem saraf pusat.

Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan

Menurut Freud ketergantungan seseorang pada alkohol maupun obat-obatan dilatar belakangi oleh insting kematian (thanatos) yang ada pada orang yang bersangkutan

Referensi:

Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: Universitas muhammadyah malang 

Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B. (2005).Psikologi abnormal: Edisi kelima jilid 1. Jakarta:Erlangga 

Tomb, D.A. (2000). Buku saku psikiatri: Edisi keenam. Jakarta: EGC

http://www.psychologymania.net/2010/04/paradigma-dalam-psikopatologi-psikologi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar