Softskill minggu 2
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Aliran
Humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari
alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual
dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul
sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala
behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat,
individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada
masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, berikut ini :
1.
Menjalani hidup
seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2.
Mencoba hal-hal baru
ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3.
Lebih memperhatikan
perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas,
atau mayoritas.
4.
Jujur, menghindari
kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5.
Siap menjadi orang
yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6.
Memikul tanggung
jawab.
7.
Bekerja keras untuk
apa saja yang ingin dilakukan.
Pendapat Allport tentang Kesehatan
Mental
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata
itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya
tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan
bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang
atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting
dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang
sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan
diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi
melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul
sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium.
Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
1.
“Diri” jasmaniah.
Kita
tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat
membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15
bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri
jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi
membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam
jari-jarinya.
2.
Identitas diri.
Pada
tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang
terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa
perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
3.
Harga diri.
Tingkat
ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari
anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya
sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan
yang menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki
maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul
perasaan dihina dan marah.
4.
Perluasan diri (self
extension).
Tingkat
perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun.
Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya
dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara
tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk
memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
5.
Gambaran diri.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini
menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.
Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak.
Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya
menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah
laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak
mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
6.
Diri sebagai pelaku
rasional.
Setelah
anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
7.
Perjuangan proprium
(propriate striving).
Dalam
masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir
tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport
percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan.
Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting
dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya
pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan,
tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Tujuh
tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi.
Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan
penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari
tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat,
sebagai berikut:
1). Perluasan
Perasaan Diri
Ketika
diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan
penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda
mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting,
menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada
pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
2). Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan
dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang
dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan
diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang
neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat.
Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada
kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal
balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau
mengikat.
3). Keamanan
Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima
emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi
mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas
antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih
konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja
yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian.
4). Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5).
Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang
yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak
mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan
keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan
Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk
melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan
kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan
psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya
dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman
Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri
yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka
pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang
objektif.
Orang
yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak
mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang
lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang
lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang
kurang.
7). Filsafah
Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian
yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan
bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang
yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki
nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua
segi kehidupan.
PENDAPAT
ROGERS
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang
terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client
centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai
terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud,
namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap
bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang
kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit
jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan
dari kecenderungan alamiah.
Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah
konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self
concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri,
ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam
berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan
interpersonal.
Konsep pokok dari
teori kepribadian Rogers adalah self,
sehingga dapat dikatakan selfmerupakan
struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self atau
self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
a.
Real Self adalah
keadaan diri individu saat ini.
b.
Ideal Self adalah
keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang
utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/
sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen,
kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental,
self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan
persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan realitas dan interpretasi
self yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar
ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula
penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi
atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal selfsebagai orang yang
memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman
–teman anda, tetapi nyatanya real
self anda adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal
serta prestasi anda adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada
kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat
menimbulkan kecemasan.
Bila seseorang, antara
“self concept”nya dengan
organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok)
tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa
menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas,
defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang
mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika
(2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1. Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain
dan berbagai peristiwa yangterjadi di lingkungannya secara objektif
2. Teruka terhadap semua pengalaman, karena tidak
mengancam konsep dirinya
3. Mampu menggunakan semua pengalaman
4. Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi
diri (fully functioning person).
Bagian dari medan fenomenal yang
terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar
atas diri sendiri.
a)
Berkembang dari interaksi
dengan lingkungan
b)
Individu berperilaku
dengan cara yang selaras/ konsisten dengan self
c)
Pengalaman yang tidak
selaras dengan self dianggap sebagai ancaman
d)
Self mungkin berubah
sebagai hasil dari maturation dan proses belajar
Peranan Positive Regard Dalam
Pembentukan Kepribadian
Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain (warmth,
liking, respect, sympathy & acceptance, love & affection).
Kebutuhan ini disebut need
for positive regard. Positive
regard terbagi menjadi 2 yaitu:
Conditional
positive regard (bersyarat) Conditional positive regard atau
penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji,
menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir
dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini
anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers menggambarkan
pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan
positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya
diri sendiri sebagai person sehingga
ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh
kepercayaan. Setelah self dan organism bisa menjadi suatu
kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang
beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan
sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi
tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk mengatasinya,
yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka pada saat
itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang mengancam
itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan
melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan
pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan
distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu memblokir situasi
yang mengancam melaluimenyingkirkan kenangan buruk atau rangsangan yang
memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak untuk mengingatnya).
Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian
rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika pertahanan yang
dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping disebut
sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten,
kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata,
tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang
tidak punya arah dan pasif.
Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya:
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari
sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari
luar disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu
tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah
fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh
kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan
persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang
beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di
belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat
dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi
yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan)
dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada
semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau
disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah
suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu
struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari
kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian
yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen
itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah
dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami
dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis
“apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka
aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa
seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya
daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa
yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam
memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor
rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian
dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan
keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya
orang-orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan
yang membimbing tingkah lakunya.
4.
Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang
sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan
bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan
dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan
berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan
dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
5.
Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat
kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu
akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan
diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang
berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka
memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan
traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
Pendapat
Erick Fromm
Pengertian Dasar Teori Fromm
Dasar teori Fromm hampir sama dengan Freud, Ia
setuju dengan Freud yang menekankan pentingnya motivasi, tetapi ia tidak
sependapat bahwa motivasi itu pertama-tama bersifat instingtif. Fromm
berpendapat bahwa selain manusia terdorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
organic, manusia juga terdorong menjadi masyhur dan berkuasa, untuk cinta dan
untuk merealisasikan cita-cita religius dan humanistik.
teori kepribadian yang digagas Fromm sebagai
berikut:
Kebebasan manusia yang semakin luas,
menempatkan manusia merasa semakin kesepian, dengan kata lain kebebasan
menjadikan keadaan yang negatif di mana manusia-manusia melarikan diri.
Manusia selalu berusaha memecahkan
kontradiksi-kontradiksi yang ada padanya. Maksudnya bahwa seorang pribadi
merupakan bagian sekaligus terpisah dari alam; merupakan binatang, dan
sekaligus manusia.
Aspek individu, yakni
aspek binatang dan aspek manusia merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi
manusia, yang berasumsi bahwa, “pemahaman tentang psikhe manusia harus berdasarkan
manusia tentang kebutuhan manusa yang berasal dari kondisi-kondisi
eksistensinya.
Kepribadian orang akan berkembang menurut
kesempatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat tertentu.
Sebagai manusia tidak
lepas dari pasangan tipe karakter nekrofilus danbiofilus. Nekrofilus adalah
orang yang tertarik pada kematian, sedangkanbiofilus adalah
orang yang mencintai kehidupan.
Sekarang ini lima tipe masyarakat sudah
sdemikian menggenjala, berbeda dengan masa-masa sebelumnya, seperti reseptif,
eksploitatif, penimbunan, pemasaran, dan produktif.
Kepribadian yang Sehat Menurut
Fromm
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang
kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai seutuhnya, kreatif,
memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia
dan diri secara obejektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat,
berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan
takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebutkan
kepribadian yang sehat: orientasi
produktif , yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian
yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow.
Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari
potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi” , Fromm menunjukan kata
itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi
kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap
diri sendiri.
Empat segi tambahan dalam kepribadian yang
sehat dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi
produktif. Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang
produktif, kebahagian dan suara hati.
Cinta
yang produktif adalah suatu hubungan
manusia yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan
individualitas mereka. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu
dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam
cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut
empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab, respek, dan
pengetahuan.
Pikiran
yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong
oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif
dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil
kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagian itu menyertai
seluruh kegiatan produktif. Fromm menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian
merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”.
Kebahagian merupakan prestasi kehidupan yang paling luhur.
Suara
hati memiliki dua tipe,
yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati otoriter adalah
penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah
laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara dari dalam diri dan
bukan juga dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian sehat
untuk tingkah laku bersifat internak dan individual. Orang bertingkah laku
sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi seluruh
kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh persetujuan
dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan
oleh masyarakat, karena kodrat struktur sosial membantu atau menghalangi
kesehatan psikologis. Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit, maka
satu-satunya cara untuk mencapai orientasi produktif ialah dengan hidup dalam
suatu masyarakat yang waras dan sehat, yaitu masyarakat yang memajukan
produktivitas.
Ciri-ciri
Kepribadian Sehat
Menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk
sosial di dalam masyarakat.
2. Mampu mencintai dan dicintai.
3. Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa
memanipulasi kepercayaan itu,
4. Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain
tanpa syarat.
5. Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat
tanpa merusaknya.
6. Memiliki watak sosial yang produktif.
Pendapat
Abraham Maslow
Hirarki Kebutuhan Manusia
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari
lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat
yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik
dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang
tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga
sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Hierarkinya adalah sebagai berikut:
Teori Kebutuhan Maslow
1.
Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri
dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka
adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan,
fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2.
Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan
tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi
aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan
kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial
(seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak
aman dan perlu aman.
3.
Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan
kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang
dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk
mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima
cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4.
Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi,
kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga
diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat
dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka
dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow
menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan
apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik,
seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri
mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang,
kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak
dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui
apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang
ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Kepribadian Sehat Menurut
Maslow
Abraham Maslow mengatakan bahwa kepribadian
yang sehat adalah Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Individu yang
sehat adalah individu yang dapat mengaktualisasikan diri dengan baik dan
imbang, yang artinya mengaktualisasikan diri secara optimal. Mereka dapat
kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki dan mengetahui dan
memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk dapat mengaktualisasikan diri
sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan yang diatas.
Meta Needs
Meta
needs (meta kebutuhan)
merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan
tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan
alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah
objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai
kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal,
maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa
kebutuhan yang lebih rendah.
Deficiency Needs
Sedangkan Deficiency needs, suatu
kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan
yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan
orang lain. Deficiency need ini
meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga
diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan
penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan
penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas
memilih, orang yang kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan
kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak
aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Ciri-ciri Actualized People
1. Mempunyai persepsi akan kenyataan yang lebih
efisien
2. Menerima dirinya sendiri, orang lain dan alam.
3. Memiliki spontanitas, kesederhanaan dan
kealamian
4. Dalam kehidupannya mereka melakukan pendekatan
yang berfokus pada masalah.
5. Mempunyai kebutuhan akan privasi.
6. Memiliki kemandirian.
7. Melakukan penghargaan dengan cara yang selalu
baru.
8. Mengalami pengalaman-pegalaman puncak.
9. Memiliki keterikatan sosial.
10. Memiliki hubungan interpersonal yang kuat.
11. Memiliki sikap yang demokratis
12. Mempunyai kemampuan untuk membedakan antara
cara dan tujuan.
13. Memiliki rasa humor yang filosofis.
14. Mempunyai kreativitas
15. Tidak memilik enkulturasi yang diharuskan oleh
kultur.
Sumber:
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUSHall S, C & Lindzey G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius: Yogyakarta.
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar