Minggu, 13 Maret 2016

Kesehatan Mental

Pengertian tentang kesehatan mental

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan positif dengan orang lain.

Namun sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.

Tidak mengherankan jika penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari penderitanya, misalnya terganggunya interaksi atau hubungan mereka dengan orang lain, terganggunya prestasi di ruang lingkup pendidikan, dan terganggunya produktivitas dalam pekerjaan.


A. Konsep Sehat

Konsep sehat berdasarkan dimensi
  • Dimensi Emosi, yaitu dimensi yang meihat dari bagaimana reaksi emosinyaseperti menangis, sedih, bahagia, depresi, optimis. Kesehatan Emosional/Afektifdilihat dari kemampuan mengenal emosi dan mengekspresikan emosi tersebut secara tepat.
  • Dimensi Intelektual. Bagaimana seseorang berfikir, wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya.
  • Dimensi Sosial. Tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga, pernihakan, dan sesama lainnya, penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Jalan yang akan kita ambil dan kedisiplinan.
  • Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
  • Dimensi Spiritual dilihat dari kepercayaan dan praktek keagamaan. Kesehatan spiritual dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mencapai kedamaian hati.  Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Pada sejarahnya, kesehatan mental terbagi menajdi dua periode, yakni pada periode perkembangan kesehatan mental zaman pra-ilmiah dan periode perkembangan kesehatan mental zaman ilmiah.


Pada zaman kesehatan pra ilmiah dapat dipelajari mulai zaman purba hingga zaman renaissance. Pada zaman purba, penyakit fisik disamakan dengan penyakit mental, sehingga jika ada seorang sakit kepala, maka akan sama dengan penyakit gila yang disebabkan mantra-mantra dari orang lain yang dianggap musuh. Adapun faktor mental yang biasanya terjadi pada manusia purba dikarenakan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah masalah kebutuhan hidup manusia purba (kebutuhan makanan) dengan hidup nomaden dan kekhawatiran perasaan saat melakukan perburuan atau menghadapi hewan buas atau predator. Pada zaman purba, manusia purba yang mengalami sakit fisik atau psikis ditolong dengan psikolog atau psikeater zaman tersebut. Para psikolog atau psikeater pada zaman purba adalah dukun-dukun yang biasanya para cendekiawan yang ada dalam kelompok. Jika ada penyakit mental atau fisik yang diderita oleh manusia purba terus berlanjut, maka dukun tidak segan-segan untuk membinasakannya.

Pada peradaban awal, orang-orang yang gangguan secara mental mulai menjadi hal yang wajar, orang-orang yang mengalami gangguan mental pada saat itu dirawat oleh tukang-tukang sihir. Pada zaman Babilonia dan Ninive, seorang tang terkena gangguan mental dihubungkan dengan setan dan penyembuhannya dilakukan dengan ritual-ritual atau upacara-upacara agama atau magis, agar setan yang ada dalam tubuh orang yang terkena gangguan mental dapat keluar. Dalam peradaban Mesir, kesehatan mental dihubungkan dengan hal-hal yang magis, meskipun peradaban dalam hal ilmu kesehatan sudah maju dan rasional dalam beberapa hal.

Abad Pertengahan (Abad Gelap) : Dancing mania, Ilmu Sihir (Kepercayaan terhadap Demonologi), Perawatan Pasie Sakit Mental di Lembaga; Zaman Renaissance: Switzerland, Jerman, Inggris, Prancis. Pada abad ini, exorcisme dianggap penting, (Hidayat & Herdi, 2013). Kesehatan mental dan proses penyembuhan seorang yang sakit menggunakan mantra-mantra. Meskipun sudah dianggap modern pada ilmu kedokterannya, mantra-mantra dan jimat ini dianggap salah satu teknik yang rasional dan sah dalam ilmu kedokteran. Adapun beberapa peristiwa yang terjadi di abad pertengahan adalah dancing mania. Dancing mania atau kegilaan massa atau disebut choreomania (tarian liar) terjadi di Eropa dalam periode abad X dan XV, dimana sejumlah besar orang menari secara liar dan tak terkendali sampai kehabisan tenaga (Hidayat & Herdi, 2013).

Perkembangan Kesehatan Mental Zaman Ilmiah : Abad XVII-Abad XX (Prancis, Inggris, Jerman, Italia, Amerika Latin, Amerika Serikat; Psikiatri, Gangguan Mental Tidak Dianggap sebagai Orang Sakit; Gangguan Mental Dianggap Tidak Sakit; Melawan Diskriminasi terhadap Gangguan Mental. Pada zaman Ilmiah sekitar abad ke-18 yang dilihat sebagai zaman rasio, yakni perhatian dipusatkan pada pada klasifikasi dan sistem (Hidayat & Herdi, 2013). Kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran terlihat sangat maju, terutama dalam bidang pengobatan.Sehingga dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari zaman purba hingga zaman di era serba canggih dan modern ini, kesehatan masih tetap ada dan terjadi dan dialami sepanjang masa. Gangguan kesehatan mental yang dulunya dikenal identik dengan guna-guna, toh halus, gangguan setan dan sebagainya, kini lebih mendekati dan dapat dipelajari serta disembuhkan dengan pendekatan ilmiah dan proses-proses yang rasional dan lebih manusiawi.

Pendekatan Kesehatan Mental

       A. Pendekatan Orientasi Klasik
Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Kesehatan Mental : terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa(neurosis) dan gejala penyakit jiwa( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang menimbulkan rasa tidak sehat,dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak bisa dikuasai individu.

B. Pendekatan Orientasi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri (Menninger,1947) : perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain/lingkungan.
Individu bermasalah : apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar dirinya, dengan kondisi baru serta dalam mengisi peran yang baru.
Normal dalam Orientasi ini :
a) Normal secara statistik; yaitu apa adanya. 
b) Normal secara normatif : individu bertingkah laku sesuai budaya setempat. 

C. Pendekatan orientasi pengembangan potensi 
Kriteria mental sehat dalam orientasi ini :

1. Punya pedoman normatif pribadi ( bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)

2. Menunjukan otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman.
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanyasekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.



B. Teori kepribadian sehat

I. Aliran Psikoanalisa
1. Hakekat Manusia Menurut Freud :
- Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini
- Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
- Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
- Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
- Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-                      konflik masa kanak-kanak yang direpresi.

2.Perkembangan Kepribadian

Struktur keperibadian

  1. Id, adalah sistem keperibadian yang asli yang ada semenjak individu lahir. Id berisikan semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Alwisol(2006:16). Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:63) id merupakan sistem kepribadian yang asli; id merupakan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir termasuk insting-insting. Id merupakan reservior energi psikis yang menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang lain. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana id mendapatkan energinya.
  2. Ego adalah struktur kepribadian menurut Freud yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut “badan pelaksana” (executive branch) kepribadian, karena ego membuat keputusan rasional. Id dan ego memiliki moralitas. Id dan ego tidak memperhitungkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jhon W. Santrock dalam Achmad Chusairi (1995:36). Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan obyektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan. Ini berarti orang harus belajar membedakan antara gambaran ingatan tentang makanan dan persepsi aktual terhadap makanan seperti yang ada di dunia luar. Setelah melakukan pembedaan yang sangat penting ini. Maka perlu mengubah gambaran kedalam persepsi, yang terlaksana dengan menghindarkan gambaran ingatan tentang makanan dengan penglihatan atau penciuman terhadap makanan yang dialaminya melalui pancaindra. Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan. Dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:64)
  3. Super ego adalah struktur kepribadian Freud yang merupakan badan moral kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Super ego dapat dikatakan sebagai “hati nurani”. Jhon W. Santrock dalam Achmad Chusairi (1995:37). Menurut Alwisol (2006:18) super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakia prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik ego. Sedangkan menurut Koswara (1991:34) super ego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik buruk). Super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan- aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. ·
Keperibadian yang normal (sehat).

  1. Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
  2. Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
  3. Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. Prayitno (1998:42).

II. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).

Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan.

3 prinsip dalam aliran behaviorisme:

1. Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2. Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
3. Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.

III. Aliran Humanistik
Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut :

1. Holisme
Holisme mengaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian / komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di bagian ssatu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum yang berlaku umum mengatur fungsi setiap bagian. Hukum inilah yang mestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya tiap komponen. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :

• Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity, integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti patologik.
• Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat dalam bagian-bagian.
• Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah maupun yang terbuka baginya.
• Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
• Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.

2. Menolak Riset Binatang
Psikologi Humanistik menekankan perbedaan tingkah laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai reflekskondisioning, mengabaikan karakteristik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dosa, serta puisi, musik ilmu, dan hasil kerja berfikir lainnya.

3. Manusia Pada Dasarnya baik
Manusia mempunyai struktur psikologis yang analog dengan struktur fisik : mereka memiliki “ kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik :“beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu yang netral. Pandangan Maslow menjadi pembaharuan terhadap pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia itu buruk atau antisosial (misalnya, apa yang disebut dosa warisan oleh ahli agama dan konsep id dari Freud). Sifat setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustrasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif.

4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Ini adalah sifat alami, sama dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia mempunyai sifat alami untuk menjadi kreatif. Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang khusus. Sayangnya, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan (enculturated). Termasuk di dalamnya pendidikan formal, yang memasung kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir kepada semua siswanya. Hanya sedikit orang yang kemudian menemukan kembali potensi kreatif yan segar, naif, dan langsung, dalam memandang segala sesuatu.

5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan perhatiannya kepada manusia sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi diri. Maslow mengungkapkan psikopatologi umumnya hasil dari penolakan, frustrasi, atau penyimpangan dari hakekat alami seseorang. Humanistik tidak jelas kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan individu. Ini nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran dengan lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif. Jadi dalam hal Humanistik untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk menangkap pengalaman dalam semua keindahan yang subjektif. Ini yang menyebabkan sebuah penekanan atas berbagai metode fenomenologi yang bertujuan untuk mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia.
 
Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Behaviorisme, Humanistik Tentang Kepribadian Sehat:

  1. Dalam aliran psikoanalisis sangat menekankan pada perilaki id, ego, dan super ego dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Dalam aliran behaviorisme sangat menekankan pada perilaku stimulus-respon pada manusia ataupun hewan.
  3. Dalam aliran humanistik menekankan pada sifat-sifat dasar manusia yang sudah secara alamiah disadari oleh manusia.
 IV. Pendapat Allport

 Perkembangan propium

Propium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep propium. Jadi propium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri" ini.

1. “Diri” jasmaniah
Bayi tidak dapat membedakan antara diri “saya” dan dunia sekitarnya. Berangsur-angsur dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perseptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain “di luarnya”. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan propium-diri jasmaniah

2. Identitas-diri
Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.

3. Harga-diri
Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan otonomi. hal ini kelihatan dalam tingkah lakunya yang negatif sekitar usia 2 tahun, ketika anak kelihatannya selalu menentang segala sesuatu yang dikehendaki orang tua untuk di lakukannya. Kemudian sekitar usia 6 atau 7 tahun harga-diri lebih di tentukan oleh semangat bersaing dengan kawan-kawan sebayanya.

4. Perluasan diri
5. Gambaran diri
6. Diri sebagai pelaku rasional
7. Perjuangan Propium


Perkembangan Kepribadian Yang Sehat

Allport memperhatikan hubungan antara bayi dan ibunya, khususnya dengan banyaknya keamanan dan kasih sayang yang diberikan ibu terhadap anak. Apabila bayi menerima keamanan dan kasih sayang yang cukup, pertumbuhan psikologis yang positif akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri. anak akan membentuk identitas dan gambaran-diri, dan diri akan mulai meluas melampaui orang itu. selama masa adolesensi, perjuangan-perjuangan propium akan terbentuk menjadi frame of reference dan dorongan bagi pertumbuhan yang akan datang. dengan semua segi diri pada tempatnya, maka hampir pasti akan muncul seorang dewasa yang sehat dan matang.

KRITERIA KEPRIBADIAN YANG MATANG 

Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat. 

1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan pehatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan- kemampuan anda, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh; aktivitas itu memuaskan kebutuhankebutuhan lain juga. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas  atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam politik dan agama. 

2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan alam hubungan dengan orang-orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Orang mengungkapkan paritisapi otentik dengan orang yang dicintai dan memperlihatkan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang– orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati itu timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang-orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia.

3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mempu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekuarangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan-kelemahan tersebut. Orang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosiemosi mereka, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi mereka, dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka. Orang yang neurotis, menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian, betapapun perasaan-perasaan itu mungkin tidak tepat. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang  berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.

4. Persepsi Realistis 
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realita sebagaimana adanya.
 
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas 
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Kita juga harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya alam pekerjaan kita. Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya dengan gagasan tentang tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan konstinuitas untuk hidup. Tidak  mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukan dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan. 

6. Pemahaman Diri 
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif epada orang lain. Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang. Selain itu, terdapat korelasi yang tinggi antara tingkat wawasan diri dan perasaan humor, yakni tipe humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal yang mustahil serta kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. (Allport membedakan humor ini dari humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi).

7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuantujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka. Allport menyebut dorongan yng mempersatukan ini “arah” (directness). Arah ini membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Tanpa tujuan kita mungkin akan mengalami masalah-masalah kepribadian. Mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat memilih di antara berbagai nilai-nilai dan nilai-nilai itu mungkin berhubungan dengan diri sendiri atau mungkin nilai-nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang lain. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara. Nilai-nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama dan nilai-nilai etis. 

Referensi:
http://www.alodokter.com/kesehatan-mental

http://konselingindonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=84

file:///C:/Users/user/Downloads/Materi%2006%20-%20Pengantar%20Aliran%20Humanistik.pdf
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pdf


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pendekatan-kesehatan-mental/